Rabu, 15 April 2015

Teori Psikologi Gestalt



BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Didalam pendidikan ada landasan yang mendukungnya seperti landasan flosofis, landasan sosiologis, landasan psikologis, landasan budaya, landasan ilmu pengetahuan teknologi dan landasan yuridis untuk mendukung pelaksanaan pendidikan agar tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Proses pendidikan yang sangat panjang semenjak kelahiran peserta didik sampai tingkat puncak dalam jenjang pendidikan memerlukan perhatian dan kepedulian pada aspek psikologis. Memahai aspek psikologis peserta didik merupakan modal dasar tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami perkembangan perserta didik. Psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana membanu siswa agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul pada peserta didik. Terutama masalah belajar yang dalam hal ini, agar hasil pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diharapkan kurikulum para tenaga pendidik mulai berbenah diri agar  mempengaruhi terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Pada makalah ini kelompok kami membahas pendekatan pembelajaran gestalt.
  1. RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sejarah teori gestalt ?
2.      Siapa tokoh-tokoh pencetus teori gestalt ?
3.      Bagaimana eksperimen pada teori gestalt ?
4.      Apa prinsip dasar teori gestalt ?
5.      Bagaimana teori belajar menurut psikologi gestalt ?
  1. TUJUAN
1.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah teori gestalt.
2.      Untuk mengetahui siapa tokoh-tokoh pencetus teori gestalt.
3.      Untuk megetahui bagaimana eksperimen pada teori gestalt.
4.      Untuk mengetahui apa prinsip dasar teori gestalt.
5.      Untuk mengetahui bagaimana teori belajar menurut psikologi gestalt.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Teori Gestalt
            Sementara behaviorisme berkembang pesat di Amerika Serikat, maka di Negara Jerman muncul aliran yang dinamakan  psikologi gestalt (arti kata gestalt, dalam bahasa Jerman ialah bentuk, pola atau struktur). Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori gestalt ini mendapat sumbangan oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight.
Sesuai namanya, maka para psikolog gestalt ini yakin bahwa pengalaman sesorang mempunyai kualitas kesatuan dan struktur. Sama seperti behaviorisme, maka aliran gestalt juga muncul karena ketidakpuasan terhadap aliran strukturalis mengabaikan pentingnya arti pengalaman seseorang yang kompleks, bahkan dijadikan elemen yang terlalu disederhanakan.Aliran psikologi gestalt ini mempunyai banyak tokoh terkemuka, seperti Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer.
Teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk.persepsi jenis ini bisa terbentuk karena beberapa kedekatan posisi yaitu: 1). kesamaan bentuk, 2). Penutupan bentuk, 3). Kesinambungan pola, 3). Kesamaan arah gerak.

2.2 Tokoh-tokoh Pencetus Teori Gestalt
1.      Max Wrtheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer adalah pendiri  aliran psikologi Gestalt yang Lahir di Praha. Jerman pada tanggal 15 ApiI 1880 dan meninggal di New York pada tanggal 12 Oktober 1943. Setelah tamat sekotah Gymnasium di Praha. Ia belajar hukum selama dua tahun, akan tetapi kemudian meninggalkan studi ini  dan lebih  menyukai filsafat. Ia lalu belajar di Universitas Praha, Berlin dan Wurzburg. tempat Ia memperoleh gelar Ph.D. Dia menerima tawaran di Frankfurt dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan Jerman pada tahun 1934 karena situasi potik saat itu. Dia kemudian bergaul dengan tokoh-tokoh New School for Social Research di New York City. Pada waktu itu 1910, ketika dia membuat penemuannya yang akhirnya menuntun dirinya untuk mendirikan aliran psikologi Gestalt.
Ketika Ia melihat suatu stroboscope di jendela suatu toko mainan, ia membelinya, bereksperimen dengan alat tersebut, dan meyakinkan diri sendari bahwa gerakan yang tampak jelas yang ditumbuhkan oleh penglihatan yang berturut-turut pada satu seri gambar itu, tidak mungkin bisa diterangkan atas basis strukturalisme. Bersama-sama dengan Köhler dan Koffka. Ia mengembangkan dan memformulasakan sistem Gestalt.


2. Kurt Koffka


Kurt Koffka adalah seorang psikolog Jerman yang lahir di Berlin dari keluarga yang telah dibedakan untuk lebih dari satu generasi dalam profesi hukum. Selama 1 periode Koffka menghabiskan satu tahun, dari tahun 1904-1905, di Edinburgh, menyempurnakan perintah-nya dari Inggris dan mengakrabkan diri dengan psikologi Inggris, kemudian sebagian besar bagian dari filsafat dan fisiologi. Selama 1908-1909, ia menjadi asisten di laboratorium psikologis Johannes von Kries di Freiburg, dan pada 1909-1910 ia menjadi asisten di Wiirzburg. Dalam perjalanannya mengembangkan teori gestal kurt koffka bersama rekannya max Wertheimer dan wolfgang kohler banyak sekali mendapatkan pengalaman-pengalaman. Baik itu yang berupa kritikan dari orang-orang dan lain sebagainya.

3. Wolfgang Kohler


Wolfgang Kohler, dilahirkan dalam sebuah keluarga Jerman 21 Januari 1887 di Reval, Estonia. Kohler belajar di universitas Tubingen dan Bonn. Di Universitas Berlin, di mana ia meraih gelar Ph.D. (1909), Kohler mempelajari psikologi dan fisika di bawah bimbingan Karl Stumpf dan Max Planck. Dimulai pada tahun 1910 Kurt Koffka Kohler bergabung di Institut Psikologi di Frankfurt sebagai subjek untuk percobaan Max Wertheimer, yang menjadi dikenal sebagai fenomena phi. Ketiga pria kemudian bekerja pada merumuskan teori psikologi Gestalt mereka disebut ("keseluruhan"), yang ditangani dengan kemampuan otak untuk melihat objek secara keseluruhan. Kohler meninggalkan Frankfurt pada tahun 1913 untuk menjadi direktur stasiun penelitian antropoid untuk Prussian Academy of Sciences di Tenerife di Kepulauan Canary. Selama enam tahun berikutnya ia belajar kemampuan simpanse 'untuk memecahkan masalah. Penelitian tentang persepsi, baik hewan dan manusia, akan membentuk bagian penting dari sisa karirnya. Kohler kembali ke Jerman pada tahun 1920. Dia ditunjuk direktur bertindak dan kemudian profesor dan direktur Institut Psikologi di Universitas Berlin, di mana ia tetap sampai 1935.

2.3 Eksperimen pada Teori Gestalt
Dalam percobaan diteori gestalt ini Kohler melakukan eksperimen dengan menggunakan simpanse bernama Sultan. Kohler menggunakan simpanse karena dalam beberapa hal pada pemecahan masalah, simpanse tampaknya menangkap hubungan batin melalui insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dalam eksperimen ini bertolak belakang dengan eksperimen yang ada pada dalam teori thorndike, mereka memecahkan masalah tidak dengan trial and error tetapi menghayati hubungan yang penting untuk pemecahan msalah. Berikut adalah eksperimen yang dilakukan oleh Kohler :
Sultan (simpanse Kohler yang paling cerdik) dikurung  seolah-olah memikirkan cara untuk mendapatkan pisang tersebut. Tiba-tiba Sultan menyusun kotak tersebut lalu Sultan memanjat kotak yang telah disusunnya, akhirya Sultan dapat mengambil pisang yang digantung diatas jeruji tersebut. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme (dalam hal ini simpanse) dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan  pengertian atau dengan insight.

2.4 Prinsip Dasar Teori Gestalt
1.      Proximity (kedekatan)
Unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya adalah pandangan mata akan cenderung melihat dua kotak yang saling berdekatan sebagai satu kelompok. Kita tidak melihat kotak ke-2 dan ke-3 dari kiri sebagai sepasang karena berjauhan.
2.      Similarity (kemiripan)
Objek yang sama akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok. Hal ini dapat ditentujkan lewat bentuk, warna, tekstur, ukuran, maupun arah (missal: sekelompok ikan/burung yang bergerak searah). Contohnya adalah kita akan melihat objek-objek dalam barisan mendatar, bukan dalam kolom secara vertical.
3.      Closure (ketertutupan)
Orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang tidak lengkap. Contohnya adalah melihat gambar di atas, kita akan secara mental menyambungkan garis-garis yang putus-putus dan melihat gambar bentuk bebek dan lingkaran secara menyeluruh.
4.      Continuity (kesinambungan)
Penataan visual yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu. Contohnya adalah kita akan melihat satu garis lurus dan sebuah garis lengkung melewatinya. Kita tidak akan melihat gambar tersebut terdiri dari dua bagian.
5.      Symmetry (simetri)
Kecenderungan untuk menata stimuli ke dalam bentuk-bentuk yang sama dan sebangun. Contohnya adalah mata cenderung melihat sebagai deretan 6 bentuk daripada deretan 12 bentuk.
6.      Simplicity (kesederhanaan)
Prinsip yang mencakup kelima prinsip Gestalt sebelumnya, menyatakan bahwa manusia secara intuitif cenderung memilih pengorganisasian yang paling sederhana atau paling stabil.

2.5 Teori Belajar menurut Psikologi Gestalt
Teori Gestalt juga disebut field theory atau insight full learning. Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia bukanlah hanya sekedar makhluk respons yang hanya berbuat jika ada stimulus yang mempengaruhinya. Manusia bukan terdiri dari sejumlah unsur-unsur atau bagian-bagian yang satu sama lain terpisah dan tidak memiliki hubungan fungsional. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang unik pula. Sebagai pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi kepada suatu perangsang, dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara trial and error seperti yang dikatakan oleh penganut teori conditioning dan connectionism. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana ia menerima stimulus dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada.
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Manusia bebas memilih cara bagaimana merespon dan stimulus yang mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya. Dalam mempersoalkan belajar, ahli psikologi Gestalt, Koffka berpendapat bahwa hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku/bisa diterapkan dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua panca indra itu sangat diperlukan. Menurut teori ini mudah atau sulitnya suatu pemecahan masalah itu tergantung dari pengamatan. Hukum dalam pengamatan ini antara lain:
a.       Hukum pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung kearah yang bermakna atau penuh arti.
b.      Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (hubungan).
c.       Hukum kecenderungan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang berdekatan cenderung membentuk gestalt (hubungan).
d.      Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt (hubungan).
e.       Hukum kontinuitas, yang mengatakan bahwa hal-hal yang berlanjut cenderung membentuk gestalt (hubungan).
Belajar menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus-respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan atau ulangan. Belajar menurut psikologi Gestalt terjadi jika adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar penting adalah mengerti atau memperoleh insight. Belajar menurut insight ialah:
a)      Insight tergantung dari kemampuan dasar.
b)      Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan.
c)      Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
d)     Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
e)      Belajar dengan insight dapat diulangi.
f)       Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Adapun beberapa prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori Gestalt ialah sebagai berikut:
a.       Belajar berdasarkan keseluruhan.
Menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b.      Belajar adalah suatu proses perkembangan.
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan akrena lingkungan dan pengalaman.
c.       Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarinya.
d.      Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
Insight atau pemahaman adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu masalah.
e.       Belajar akan berhasil kalau ada tujuan yang berarti bagi individu.
Hal ini terjadi jika banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah progresif, siswa diajak membicarakan tentang proyek agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya. “No goal no stress, no stress no activity, no activity no learning”.
f.       Dalam proses belajar anak itu senantiasa merupakan suatu organisme yang aktif.
g.      Siswa sebagai organisme keseluruhan.
Siswa belajar tidak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern guru di samping mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
h.      Terjadi transfer
Belajar pada intinya yang terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh respon yang tepat. Mudah atau sulitnya masalah itu terutama adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai, maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
i.        Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Misalnya ketika anak terkena api, kejadian ini menjadi pengalaman bagi anal. Belajar itu baru muncul bila seseorang menemui suatu situasi baru. dalam menghadapi itu, ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki.
j.        Belajar berlangsung terus menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah, dalam pergaulan misalnya, memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.
k.      Belajar mengutamakan adanya suatu problema.
Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap, kemudian bagaimana seseorang itu dapat memecahkan masalah. Dalam hal ini, Dewey melihat pemecahan masalah itu ada lima langkah yang harus ditempuh, antara lain:
·         Realisasi adanya suatu masalah
Kita terlebih dahulu harus memahami dan merumuskan masalahnya, sehingga masalah itu mendapat batasan yang jelas. Selanjutnya masalah itu harus dianalisa.
·         Menentukan hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara yang mungkin memberikan jalan untuk pemecahan masalah.
·         Mengumpulkan data atau informasi
Data bisa diperoleh dari bacaan-bacaan atau dari lapangan.
·         Menguji hipotesa
Yaitu dengan jalan menganalisa data.
·         Mengambil kesimpulan dan membuat laporan
Cara pemecahan masalah tersebut disebut dengan the method of intelligence atau method of problem solving dan sering juga disebut scientific method, sebab digunakan dalam pemecahan masalah ilmiah.
Jadi, belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan (1) dalam belajar factor pemahaman atau pengertian merupakan factor yang penting. Dengan belajar dapat memahami dan mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. (2) dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.







BAB III
PENUTUP

Dari makalah “ ” dapat disimpulkan bahwa teori gestalt muncul di Negara Jerman. Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Tokoh-tokoh terkemuka aliran psikologi gestalt adalah Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer. Eksperimen pada teori ini dengan menggunakan simpanse bernama Sultan. Prinsip dasar teori gestalt dimulai dari Proximity (kedekatan), Similarity (kemiripan), Closure (ketertutupan), Continuity (kesinambungan), Symmetry (simetri), dan Simplicity (kesederhanaan). Jadi, belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan (1) dalam belajar factor pemahaman atau pengertian merupakan factor yang penting. Dengan belajar dapat memahami dan mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. (2) dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.






DAFTAR RUJUKAN
A.M, Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Davidoff, Linda L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
https://www.academia.edu/8935194/teori_Gestalt.  Diakses pada 31-01-2015

download versi ms. word :
Teori Gestalt 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar