BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Didalam
pendidikan ada landasan yang mendukungnya seperti landasan flosofis, landasan
sosiologis, landasan psikologis, landasan budaya, landasan ilmu pengetahuan
teknologi dan landasan yuridis untuk mendukung pelaksanaan pendidikan agar
tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Proses pendidikan
yang sangat panjang semenjak kelahiran peserta didik sampai tingkat puncak
dalam jenjang pendidikan memerlukan perhatian dan kepedulian pada aspek
psikologis. Memahai aspek psikologis peserta didik merupakan modal dasar
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Agar sukses
dalam mendidik, kita perlu memahami perkembangan perserta didik. Psikologi
memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan
dan bagaimana membanu siswa agar dapat berkembang secara optimal serta
mengatasi permasalahan yang timbul pada peserta didik. Terutama masalah belajar
yang dalam hal ini, agar hasil pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan kurikulum para tenaga pendidik mulai berbenah diri agar mempengaruhi terhadap peningkatan mutu
pembelajaran. Pada makalah ini kelompok kami membahas pendekatan pembelajaran
gestalt.
- RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
sejarah teori gestalt ?
2. Siapa
tokoh-tokoh pencetus teori gestalt ?
3. Bagaimana
eksperimen pada teori gestalt
?
4. Apa
prinsip dasar teori gestalt
?
5. Bagaimana
teori belajar menurut psikologi gestalt ?
- TUJUAN
1. Untuk
mengetahui bagaimana sejarah teori
gestalt.
2. Untuk
mengetahui siapa tokoh-tokoh pencetus teori gestalt.
3. Untuk
megetahui bagaimana eksperimen pada
teori gestalt.
4. Untuk
mengetahui apa prinsip dasar teori gestalt.
5. Untuk
mengetahui bagaimana teori belajar menurut psikologi gestalt.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Teori Gestalt
Sementara behaviorisme berkembang
pesat di Amerika Serikat, maka di Negara Jerman muncul aliran yang
dinamakan psikologi gestalt (arti
kata gestalt, dalam bahasa Jerman ialah bentuk, pola atau struktur).
Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung
mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi kesatuan utuh
berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori gestalt ini mendapat sumbangan
oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang
hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti
tentang insight.
Sesuai namanya,
maka para psikolog gestalt ini yakin bahwa pengalaman sesorang mempunyai
kualitas kesatuan dan struktur. Sama seperti behaviorisme, maka aliran gestalt
juga muncul karena ketidakpuasan terhadap aliran strukturalis mengabaikan pentingnya
arti pengalaman seseorang yang kompleks, bahkan dijadikan elemen yang terlalu
disederhanakan.Aliran psikologi gestalt ini mempunyai banyak tokoh terkemuka,
seperti Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer.
Teori gestalt
banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak
menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk.persepsi jenis ini bisa
terbentuk karena beberapa kedekatan posisi yaitu: 1). kesamaan bentuk, 2).
Penutupan bentuk, 3). Kesinambungan pola, 3). Kesamaan arah gerak.
2.2 Tokoh-tokoh
Pencetus Teori Gestalt
1.
Max
Wrtheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer adalah pendiri aliran psikologi Gestalt yang Lahir di Praha.
Jerman pada tanggal 15 ApiI 1880 dan meninggal di New York pada tanggal 12
Oktober 1943. Setelah tamat sekotah Gymnasium di Praha. Ia belajar hukum selama
dua tahun, akan tetapi kemudian meninggalkan studi ini dan lebih
menyukai filsafat. Ia lalu belajar di Universitas Praha, Berlin dan
Wurzburg. tempat Ia memperoleh gelar Ph.D. Dia menerima tawaran di Frankfurt
dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan Jerman pada tahun 1934 karena situasi
potik saat itu. Dia kemudian bergaul dengan tokoh-tokoh New School for Social
Research di New York City. Pada waktu itu 1910, ketika dia membuat penemuannya
yang akhirnya menuntun dirinya untuk mendirikan aliran psikologi Gestalt.
Ketika Ia melihat suatu stroboscope di jendela suatu toko mainan, ia
membelinya, bereksperimen dengan alat tersebut, dan meyakinkan diri sendari
bahwa gerakan yang tampak jelas yang ditumbuhkan oleh penglihatan yang
berturut-turut pada satu seri gambar itu, tidak mungkin bisa diterangkan atas
basis strukturalisme. Bersama-sama dengan Köhler dan Koffka. Ia mengembangkan
dan memformulasakan sistem Gestalt.
2. Kurt Koffka
Kurt Koffka adalah seorang psikolog Jerman yang lahir di Berlin dari keluarga yang telah dibedakan untuk lebih dari satu generasi dalam profesi hukum. Selama 1 periode Koffka menghabiskan satu tahun, dari tahun 1904-1905, di Edinburgh, menyempurnakan perintah-nya dari Inggris dan mengakrabkan diri dengan psikologi Inggris, kemudian sebagian besar bagian dari filsafat dan fisiologi. Selama 1908-1909, ia menjadi asisten di laboratorium psikologis Johannes von Kries di Freiburg, dan pada 1909-1910 ia menjadi asisten di Wiirzburg. Dalam perjalanannya mengembangkan teori gestal kurt koffka bersama rekannya max Wertheimer dan wolfgang kohler banyak sekali mendapatkan pengalaman-pengalaman. Baik itu yang berupa kritikan dari orang-orang dan lain sebagainya.
3. Wolfgang Kohler
Wolfgang Kohler, dilahirkan dalam sebuah keluarga Jerman 21 Januari 1887 di Reval, Estonia. Kohler belajar di universitas Tubingen dan Bonn. Di Universitas Berlin, di mana ia meraih gelar Ph.D. (1909), Kohler mempelajari psikologi dan fisika di bawah bimbingan Karl Stumpf dan Max Planck. Dimulai pada tahun 1910 Kurt Koffka Kohler bergabung di Institut Psikologi di Frankfurt sebagai subjek untuk percobaan Max Wertheimer, yang menjadi dikenal sebagai fenomena phi. Ketiga pria kemudian bekerja pada merumuskan teori psikologi Gestalt mereka disebut ("keseluruhan"), yang ditangani dengan kemampuan otak untuk melihat objek secara keseluruhan. Kohler meninggalkan Frankfurt pada tahun 1913 untuk menjadi direktur stasiun penelitian antropoid untuk Prussian Academy of Sciences di Tenerife di Kepulauan Canary. Selama enam tahun berikutnya ia belajar kemampuan simpanse 'untuk memecahkan masalah. Penelitian tentang persepsi, baik hewan dan manusia, akan membentuk bagian penting dari sisa karirnya. Kohler kembali ke Jerman pada tahun 1920. Dia ditunjuk direktur bertindak dan kemudian profesor dan direktur Institut Psikologi di Universitas Berlin, di mana ia tetap sampai 1935.
2.3 Eksperimen pada Teori Gestalt
Dalam percobaan
diteori gestalt ini Kohler melakukan eksperimen dengan menggunakan simpanse
bernama Sultan. Kohler menggunakan simpanse karena dalam beberapa hal pada
pemecahan masalah, simpanse tampaknya menangkap hubungan batin melalui insight. Insight adalah pemahaman
terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dalam
eksperimen ini bertolak belakang dengan eksperimen yang ada pada dalam teori
thorndike, mereka memecahkan masalah tidak dengan trial and error tetapi menghayati hubungan yang penting untuk
pemecahan msalah. Berikut adalah eksperimen yang dilakukan oleh Kohler :
Sultan (simpanse
Kohler yang paling cerdik) dikurung seolah-olah memikirkan cara untuk
mendapatkan pisang tersebut. Tiba-tiba Sultan menyusun kotak tersebut lalu
Sultan memanjat kotak yang telah disusunnya, akhirya Sultan dapat mengambil
pisang yang digantung diatas jeruji tersebut. Dalam
eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme (dalam hal ini
simpanse) dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan
pengertian atau dengan insight.
2.4 Prinsip Dasar Teori Gestalt
1. Proximity
(kedekatan)
Unsur-unsur yang
saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan
dipandang sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya adalah pandangan mata akan
cenderung melihat dua kotak yang saling berdekatan sebagai satu kelompok. Kita
tidak melihat kotak ke-2 dan ke-3 dari kiri sebagai sepasang karena berjauhan.
2. Similarity
(kemiripan)
Objek yang sama
akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok. Hal ini dapat ditentujkan
lewat bentuk, warna, tekstur, ukuran, maupun arah (missal: sekelompok
ikan/burung yang bergerak searah). Contohnya adalah kita akan melihat
objek-objek dalam barisan mendatar, bukan dalam kolom secara vertical.
3. Closure
(ketertutupan)
Orang cenderung
akan mengisi kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Contohnya adalah melihat gambar di atas, kita akan secara mental menyambungkan
garis-garis yang putus-putus dan melihat gambar bentuk bebek dan lingkaran
secara menyeluruh.
4. Continuity
(kesinambungan)
Penataan visual
yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu. Contohnya
adalah kita akan melihat satu garis lurus dan sebuah garis lengkung
melewatinya. Kita tidak akan melihat gambar tersebut terdiri dari dua bagian.
5. Symmetry
(simetri)
Kecenderungan
untuk menata stimuli ke dalam bentuk-bentuk yang sama dan sebangun. Contohnya
adalah mata cenderung melihat sebagai deretan 6 bentuk daripada deretan 12
bentuk.
6. Simplicity
(kesederhanaan)
Prinsip yang
mencakup kelima prinsip Gestalt sebelumnya, menyatakan bahwa manusia secara
intuitif cenderung memilih pengorganisasian yang paling sederhana atau paling
stabil.
2.5 Teori Belajar menurut
Psikologi Gestalt
Teori Gestalt
juga disebut field theory atau insight full learning. Menurut para ahli
psikologi Gestalt, manusia bukanlah hanya sekedar makhluk respons yang hanya
berbuat jika ada stimulus yang mempengaruhinya. Manusia bukan terdiri dari
sejumlah unsur-unsur atau bagian-bagian yang satu sama lain terpisah dan tidak
memiliki hubungan fungsional. Sebagai individu, manusia bereaksi atau
berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang
unik pula. Sebagai pribadi, manusia tidak
secara langsung bereaksi kepada suatu perangsang, dan tidak pula reaksinya
itu dilakukan secara trial and error
seperti yang dikatakan oleh penganut teori conditioning
dan connectionism. Reaksi manusia
terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana ia menerima stimulus dan
bagaimana serta apa motif-motif yang ada.
Manusia adalah
makhluk yang mempunyai kebebasan. Manusia bebas memilih cara bagaimana merespon
dan stimulus yang mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya. Dalam
mempersoalkan belajar, ahli psikologi Gestalt, Koffka berpendapat bahwa
hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku/bisa diterapkan dalam
kegiatan belajar. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua panca indra itu
sangat diperlukan. Menurut teori ini mudah atau sulitnya suatu pemecahan
masalah itu tergantung dari pengamatan. Hukum dalam pengamatan ini antara lain:
a. Hukum
pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung kearah
yang bermakna atau penuh arti.
b. Hukum
kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt
(hubungan).
c. Hukum
kecenderungan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang berdekatan cenderung
membentuk gestalt (hubungan).
d. Hukum
ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk
gestalt (hubungan).
e. Hukum
kontinuitas, yang mengatakan bahwa hal-hal yang berlanjut cenderung membentuk
gestalt (hubungan).
Belajar
menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara
stimulus-respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan atau ulangan.
Belajar menurut psikologi Gestalt terjadi jika adanya penyesuaian pertama yaitu
memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar
penting adalah mengerti atau memperoleh insight. Belajar menurut insight ialah:
a) Insight
tergantung dari kemampuan dasar.
b) Insight
tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan.
c) Insight
hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala
aspek yang perlu dapat diamati.
d) Insight
adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
e) Belajar
dengan insight dapat diulangi.
f) Insight
sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Adapun beberapa prinsip-prinsip
belajar berdasarkan teori Gestalt ialah sebagai berikut:
a. Belajar
berdasarkan keseluruhan.
Menghubungkan suatu pelajaran
dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih
mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b. Belajar
adalah suatu proses perkembangan.
Anak-anak baru dapat mempelajari
dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu.
Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu
tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan
akrena lingkungan dan pengalaman.
c. Belajar
adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
Seseorang belajar jika ia dapat
bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarinya.
d. Belajar
akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
Insight atau pemahaman adalah suatu
saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian tentang
sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu
masalah.
e. Belajar
akan berhasil kalau ada tujuan yang berarti bagi individu.
Hal ini terjadi jika banyak
berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di
sekolah progresif, siswa diajak membicarakan tentang proyek agar tahu tujuan
yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya. “No goal no stress, no stress no
activity, no activity no learning”.
f. Dalam
proses belajar anak itu senantiasa merupakan suatu organisme yang aktif.
g. Siswa
sebagai organisme keseluruhan.
Siswa belajar tidak hanya
inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran
modern guru di samping mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
h. Terjadi
transfer
Belajar pada intinya yang
terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh respon yang tepat. Mudah
atau sulitnya masalah itu terutama adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu
kemampuan telah dikuasai, maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
i.
Belajar adalah
reorganisasi pengalaman.
Pengalaman adalah suatu interaksi
antara seseorang dengan lingkungannya. Misalnya ketika anak terkena api,
kejadian ini menjadi pengalaman bagi anal. Belajar itu baru muncul bila
seseorang menemui suatu situasi baru. dalam menghadapi itu, ia akan menggunakan
segala pengalaman yang telah dimiliki.
j.
Belajar berlangsung
terus menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tak
hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah, dalam pergaulan misalnya,
memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan
orang tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan
siswa secara harmonis.
k. Belajar
mengutamakan adanya suatu problema.
Belajar memecahkan masalah
diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap, kemudian bagaimana seseorang
itu dapat memecahkan masalah. Dalam hal ini, Dewey melihat pemecahan masalah
itu ada lima langkah yang harus ditempuh, antara lain:
·
Realisasi adanya suatu
masalah
Kita terlebih dahulu harus memahami
dan merumuskan masalahnya, sehingga masalah itu mendapat batasan yang jelas.
Selanjutnya masalah itu harus dianalisa.
·
Menentukan hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara
yang mungkin memberikan jalan untuk pemecahan masalah.
·
Mengumpulkan data atau
informasi
Data bisa diperoleh dari
bacaan-bacaan atau dari lapangan.
·
Menguji hipotesa
Yaitu dengan jalan menganalisa
data.
·
Mengambil kesimpulan
dan membuat laporan
Cara pemecahan masalah tersebut
disebut dengan the method of intelligence
atau method of problem solving dan sering juga disebut scientific method, sebab digunakan dalam pemecahan masalah ilmiah.
Jadi, belajar
menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan (1) dalam belajar factor pemahaman
atau pengertian merupakan factor yang penting. Dengan belajar dapat memahami
dan mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. (2) dalam belajar,
pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan
dengan sadar, bermotif dan bertujuan.
BAB III
PENUTUP
Dari
makalah “ ” dapat disimpulkan bahwa teori gestalt muncul di Negara Jerman.
Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung
mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi kesatuan utuh
berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Tokoh-tokoh terkemuka aliran
psikologi gestalt adalah Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer.
Eksperimen pada teori ini dengan menggunakan simpanse bernama Sultan. Prinsip
dasar teori gestalt dimulai dari Proximity (kedekatan), Similarity
(kemiripan), Closure (ketertutupan), Continuity (kesinambungan), Symmetry
(simetri), dan
Simplicity
(kesederhanaan). Jadi, belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan (1)
dalam belajar factor pemahaman atau pengertian merupakan factor yang penting.
Dengan belajar dapat memahami dan mengerti hubungan antara pengetahuan dan
pengalaman. (2) dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang
paling sentral. Belajar dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.
DAFTAR RUJUKAN
A.M, Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Davidoff, Linda L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Slameto. 2010. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
https://www.academia.edu/8935194/teori_Gestalt.
Diakses pada 31-01-2015
download versi ms. word :
Teori Gestalt
download versi ms. word :
Teori Gestalt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar